--> Skip to main content

THE POWER OF GOTONG ROYONG


Bersatu Kita Teguh, Bercerai kita runtuh. Semangat ini cukup terpatri dalam sanubari masyarakat Indonesia zaman dulu yang kemudian diwujukan dalam bentuk gerakan gotong royong atau bekerja sama yang selain dapat menumbuhkan jiwa kebersamaan dilinkungan masyarakat, yang terpenting dapat meringankan setiap pekerjaan.
Jika dibandingkan saat ini, Jiwa semangat Gotong Royong mulai terkikis dengan kesibukan masing masing, hingga Status manusia sebagai Mahluk Sosial yag kerap diartikan manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain pun mulai terlupakan dan terkesan menampakkan Egoisme pribadi mapun kelompok yang tidak peduli dengan kondisi di sekelilingnya.
Meski terkikis, Namun Semangat Gotong Royong di Sejumlah Perkampungan masih terpelihara, termasuk di Kabupten Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia. Khususnya di Kampung Japing-Japing yang melakukan proses pengangkatan rumah kayu besar seorang warga yang dipindahkan engan jarak hapir 2 Kilo meter.
Untuk dapat terlaksana, Pemilik Rumah bekerja sama dengan aparat pemerintah setempat terlebih dahulu menginformaikan ke seluruh masyarakat terkait rencana tersebut  jauh hari sebelumnya, dan hari pelaksanaan sengaja dipilih di hari jumat usai pelaksanaan sholat Jumat, karena pada waktu masyarakat sedang berkumpul khsusunya bagi yang beragama Islam.
Dengan di komandoi seseorang yang ditunjuk, proses pengangkatan rumah yang dialkukan ratuan masyarakat setempat dengan melintasi persawahan dan jalan desa pun menjadi pemandapang mengharukan bagi masyarakat yang masih rindu untuk mempertahankan budaya gotong rotong tersebut.
-----------------------



United we stand, divided we fall. This spirit is quite imprinted in the hearts of the ancient Indonesian people who then directed in the form of mutual cooperation or cooperative movement which in addition can foster the spirit of community togetherness, the most important can alleviate any work.
Compared to the present time, the spirit of Gotong Royong spirit began to erode with their own busyness, to the status of human being Social Beings yag often interpreted humans can not live without the help of others began to be forgotten and seemed to reveal personal egoism even groups that do not care about the conditions around him . Although eroded, but the Spirit of Gotong Royong in a number of Villages is still maintained, including in Pangkep Kabupten, South Sulawesi, Indonesia.
Particularly in Kampung Japing-Japing that carried out the process of appointment of a large wooden house of a resident who moved it engan distance hapir 2 Kilo meters. To be done, the House Owner cooperates with the local government apparatus first to inform the entire community related to the plan well in advance, and the day of deliberate deliberation is chosen on Friday after the Friday prayer, because at the time the society is gathering for Muslims.
With the command of someone who is appointed, the process of appointment of the house that the community of the local community is done by crossing the rice fields and the village road becomes a moving sight for the people who still maintain the mutual mutual culture.


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar